Selasa, 23 September 2014

Mengenal Rinitis Alergi

Sering bersin, hidung tersumbat dan gatal? Biasanya kita mengggapnya sebagai penyakit flu biasa, padahal mungkin saja anda mengidap rhinitis alergi. Apa itu rhinitis alergi? Rinitis alergi adalah peradangan pada mukosa hidung yang disebabkan oleh reaksi alergi tubuh terhadap zat dari luar tubuh.
Untuk mengetahui apakah kita mengidap rhinitis alergi, kita harus mengetahui gejala-gejalanya. Rinitis alergi ditandai dengan tiga gejala utama yaitu beringus, bersin-bersin dan hidung tersumbat, selain itu dapat disertai oleh gejala lainnya seperti rasa gatal pada hidung dan mata, rasa tersumbat pada telinga, rasa gatal pada langit-langit mulut dan tenggorokan. Pada keadaan yang berat dapat terjadi serangan asma (sesak napas).
Rinitis alergi dapat terjadi musiman , dan ada pula yang terjadi sepanjang tahun (perennial). Gejala keduanya hampir sama, hanya berbeda dalam sifat berlangsungnya.
Pada rhinitis dengan gejala ringan, penderita dapat tidur dengan normal, aktivitas sehari-hari tidak terganggu. Sedangkan pada rhinitis dengan gejala berat, ditemukan penderita tidur terganggu, aktivitas sehari-hari, saat olah raga dan saat santai terganggu.
Berikut adalah zat-zat yang dapat menyebabkan terjadinya rhinitis alergi :
- Debu rumah, tanpa kita sadari debu dalam rumah kita mengandung partikel-partikel yang dapat menyebabkan alergi, partikel-partikel tersebut diantaranya adalah partikel kapas, serpihan kulit manusia, dan lain-lain. Debu rumah biasanya terdapat pada seprei, karpet, dan sarung furniture.
- Tungau, hidup pada suhu 21 - 26°C, tidak ada pada ketinggian lebih dari 5000 kaki.
- Serpihan kulit binatang, seperti anjing dan kucing.
- Kecoa, alergi terhadap kecoa biasanya berhubungan dengan asma pada anak-anak.
- Serbuk sari tanaman yang dapat diterbangkan oleh angin.
- Iklim, udara yang lembab, perubahan suhu, angin.
- Hormonal, wanita yang mempunyai bakat alergi dapat menderita rhinitis alergi pada saat hamil atau karena mengkonsumsi pil KB.
- Psikis, emosi, tegang.
- Infeksi
- Asap rokok dan bahan polusi lainnya.
- Genetik, rata-rata penderita mempunyai riwayat keluarga yang juga menderita alergi.
Bagaimanakah cara untukmengobati rhinitis alergi? Satu-satunya cara yang paling jitu adalah dengan menghindari faktor pemicu alergi. Rutin membersihkan rumah dari debu dan kotoran lainnya, memakai masker pada saat cuaca dingin jika kita alergi dengan cuaca dingin. Untuk meredakan gejala dokter biasanya meresepkan dekongestan untuk melegakan pernapasan, serta antihistamin dan kortikosteroid untuk meredakan gejala alerginya.

Senin, 01 September 2014

Bagaimana menilai kecukupan gizi anak



Diawal tahun pertama  kehidupannya panjang bayi akan bertambah sebanyak 50%, tetapi tidak berlipat setelah usia bertambah sampai 4 tahun.
Anak yang berumur 1-3 tahun akan mengalami pertambahan berat badan sebanyak 2-2,5 kg, dan tinggi rata-rata 12cm setiap tahunnya. Rumus perkiraan berat badan anak :
Berat Anak usia 1-6 tahun = usia x 2 + 8
Dengan demikian berat anak 1 sampai 3 tahun masing-masing adalah 10, 12 dan 14 kg.
Pertambahan berat anak usia pra sekolah berkisar Antara 0,7 – 2,3 kg dan tingginya 0,9 – 1,2 cm / tahun, hal ini menyebabkan tubuh anak usia prasekolah tampak “kurus”. Baru pada usia 7-10 tahun berat badan akan bertambah sekitar 2 kg, dan tinggi badan 5 -6 cm setiap tahun.

Tabel 1. Rumus Perkiraan Berat Badan
Usia
Berat Badan (kg)
Lahir
3,25
3-12 bulan
[usia (bln) + 9] : 2
1-6 tahun
[usia (thn) x 2 + 8]
6-12 tahun
[usia (thn) x 7 – 5] : 2

Tabel 2. Rumus Perkiraan Tinggi Badan
Usia
Tinggi Badan (cm)
Lahir
50
-       1 tahun
75
2 – 12 tahun
Usia (tahun) x 6 + 77

Pertumbuhan anak dapat diamati dengan menggunakan Kartu Menuju Sehat (KMS) balita. KMS ini berfungsi sebagai alat bantu pemantauan pertumbuhan, bukan penilaian status gizi. KMS ini bisa diperoleh pada saat ibu mengunjungi posyandu atau fasilitas kesehatan lainnya, atau dengan mengunduhnya di internet. Secara garis besarnya, yang dipantau pada KMS ini adalah berat badan bayi/anak. Pada KMS terdapat garis berwarna merah, garis ini merupakan “garis kewaspadaan”. Jika berat badan balita berada dibawah garis merah tersebut, orang tua harus menghubungi petugas kesehatan.

Diare Pada Bayi dan Balita



Diare adalah penyakit yang ditandai dengan bertambahnya frekuensi buang air besar lebih dari biasanya (lebih dari 3 kali/hari) disertai perubahan konsistensi tinja (menjadi cair), dengan atau tanpa darah dan/atau lendir. Menurut World Health Organization (WHO) diare adalah keluarnya tinja yang lunak atau cair dengan frekuensi 3x atau lebih perhari dengan atau tanpa darah atau lendir dalam tinja, ibu-ibu biasanya tahu jika ada perubahan konsistensi dan frekuensi buang air besar pada anaknya.
Diare pada bayi dan balita bukanlah penyakit yang datang dengan sendirinya, melainkan terdapat pemicu. Secara umum berikut adalah beberapa penyebab diare :
-          Bakteri
E.Coli, Shigella, Vibrocholera dan Salmonella merupakan bakteri penyebab diare yang paling sering pada anak.
-          Virus
Sekitar 50-70% diare pada anak penyebabnya adalah virus, lebih khususnya adalah jenis rotavirus.
-          Diare karena makanan tertentu
Adanya intoleransi terhadap akanan dapat memicu diare. Sebagai contoh, yaitu alergi terhadap laktosa (banyak terjadi pada bayi dan balita karena tubuhnya tidak mempunyai atau hanya sedikit memiliki enzim laktose yang berfungsi mencerna  laktosa susu sapi), makanan yang mengandung lemak tinggi, dan makanan terlalu pedas atau mengandung terlalu banyak serat dan kasar.
-          Diare karena penyakit
Adanya penyakit seperti Crohn’s colitis ulcers, irritabel bowel syndrome, kanker kolon dan infeksi HIV dapat menyebabkan diare.
-          Diare karena pemanis buatan
Bahan-bahan pemanis buatan sorbitol dan manitol yang ada dalam permen karet dan produk-produk bebas gula lainnya dapat menimbulkan diare.
Bayi dan balita menderita diare yang disebabkan oleh bakteri dan virus biasanya akibat tertular melalui makanan yang terkontaminasi, sanitasi dan kebersihan lingkungan, pola hidup bersih dan sehat yang masih kurang seperti kebiasaan mencuci tangan dan lain-lain. Perlu diingat diare tidak bisa dianggap sepele karena dapat menyebabkan kematian jika tidak ditangani secara tepat dan cepat.
Akibat dari terjadinya diare pada bayi dan balita :
-          Kehilangan cairan dan elektrolit tubuh melalui diare yang cair atau muntah yang biasanya menyertai diare.
-          Dehidrasi, mulai dari ringan samapi berat.
-          Demam, biasanya anak dengan diare akan dsertai demam. Namun orang tua haruslah berhati-hati karena demam bisa menjadi pertanda anak telah mengalami dehidrasi.
Cara penatalaksanaan bayi dan balita dengan diare :
Pemberian ASI
Untuk bayi yang berusia di bawah 6 bulan atau bayi yang masih diberi ASI secara eksklusif, tetaplah memberikan ASI jangan dihentikan. Hal ini untuk mencegah terjadinya dehidrasi

pada bayi. ASI diberikan secara kontinu selama 10 sampai 30 menit.
Mengganti cairan yang hilang
Jika anak berusia di atas 1 tahun (balita), harus diberikan cairan sebagai pengganti cairan yang hilang dengan cara memberikan larutan oralit atau larutan garam gula tergantung berat ringannya dehidrasi yang dialami anak. Cara mebuat larutangaram gula adalah satu gelas air masak ditambah dua sendok teh gula dan seujung sendok teh garam, aduk hingga bercampur rata. Hal ini akan dibahas dalam bab selanjutnya.
Pemberian Nutrisi
Anak tidak boleh dipuasakan, segera setelah gejala muntah berhenti dan dehidrasinya tertangani, teruskan pemberian makanan sesuai dengan umur dan menu yang sama ketika anak sehat. Makanan diberikan dengan porsi sedikit tetapi sering.
Menghubungi Dokter
Diare merupakan salah satu gangguan perut yang sering dialami oleh bayi dan balita, akan tetapi orang tua perlu waspada jika anak terserang diare. Segera setelah pertolongan pertama diberikan, atau jika diare bertambah parah (diare disertai darah, demam atau kejang) orang tua harus menghubungi dokter untuk menentukan penyebab diarenya dan langkah terapi selanjutnya.
Cara pencegahan diare :
-          Menerapkan pola hidup bersih dan sehat, terutama adalah dengan membiasakan diri mencuci tangan setelah buang air besar/kecil dan sebelum memberikan minuman atau makan kepada bayi dan balita.
-          Menjaga kebersihan perlatan makan bayi.
-          Memasak air yang digunakan untuk mengolah makanan dan minuman bayi sampai mendidih.
-          Jangan membiasakan membuang popok bayi yang berisi kotoran disembarang tempat, ada anggapan bahwa kotoran bayi tidak berbahaya, anggapan ini adalah salah karena kotoran bayi sama halnya dengan orang dewasa mengandung kuman-kuman yang dapat menyebabkan penyakit.
-          Untuk bayi usia 0-6 bulan tindakan pencegahan yang paling baik adalah dengan memberikan ASI secara eksklusif kepada bayinya. Pemberian ASI secara eksklusif adalah memberikan hanya ASI saja kepada bayi tanpa tambahan makanan atau minuman lainnya seperti air putih, teh, jus, buah, madu, dan lain-lain, kecuali obat-obatan, vitamin dan cairan untuk rehidrasi. Menurut penilitian, bayi yang diberikan ASI secara eksklusif sampai usia 6 bulan risiko untuk terkena diare jauh lebih kecil dibandingkan mereka yang tidak.