Senin, 03 Juni 2013

MASALAH KESEHATAN DAN BEBAN GANDA PADA WANITA PEKERJA

 Saat ini, peran wanita telah bergeser dari peran tradisional menjadi modern. Dari hanya memiliki peran tradisional untuk melahirkan anak (reproduksi) dan mengurus rumah tangga, kini wanita memiliki peran social dimana dapat berkarir dalam bidang kesehatan, ekonomi, sosial, maupun politik dengan didukung pendidikan yang tinggi. 
Secara tradisional, peran wanita seolah dibatasi dan ditempatkan dalam posisi pasif yaitu wanita hanyalah pendukung karir suami. Peran wanita yang terbatas pada peran reproduksi dan mengurus rumah tangga membuat wanita identik dengan pengabdian kepada suami dan anak. Sementara wanita modern dituntut untuk berpendidikan tinggi, berperan aktif, dan kritis Beban ganda wanita adalah tugas rangkap yang dijalani oleh seorang wanita (lebih dari satu peran) yakni sebagai ibu rumahtangga, orang tua anak, istri dari suami dan peran sebagai pekerja yang mencari nafkah. 
Beban ganda diukur berdasarkan total waktu yang dilakukan wanita menikah yang bekerja untuk mengerjakan pekerjaan domestik dan publik. Sebagai ibu, wanita dituntut pada tugas-tugas domestiknya yang tidak dapat dihindari, namun sebagai wanita, harus dapat melaksanakan tugas pelaksana emansipasi wanita. Sebagai wanita harus melaksanakan beberapa peran untuk dapat mengikuti perkembangan dan tuntutan kemajuan. Peranan wanita tersebut dikenal dengan Panca Dharma wanita, yaitu: 
  • Wanita sebagai istri Berperan tidak hanya sebagai ibu, akan tetapi harus tetap bersikap sebagai kekasih suami seperti sebelum kawin, sehingga dalam rumah tangga tetap terjalin ketentraman yang dilandasi kasih sejati.sebagai istri dituntut untuk setia kepada suamidan harus terampil sebagai pendamping suami agar dapat menjadi motivasi kegiatan suami.
  • Wanita sebagai ibu rumah tangga Sebagai ibu rumah tangga yang bertanggung jawab berkewajiban secara terus menerus memperhatikan kesehatan rumah, lingkungan dan tata laksana rumah tangga, mengatur segala sesuatu dalam rumah tangga untuk meningkatkan mutu hidup. Keadaan rumah tangga harus mencerminkan suasana aman, tenteram dan damai bagi seluruh anggota keluarga. 
  • Wanita sebagai pendidik Ibu adalah pendidik utama dalam keluarga bagi putra-putrinya. Menanamkan rasa hormat, cinta kasih kepada Tuhan Yang Maha Esa serta kepada orangtua, masyarakat dan bangsa yang kelak tumbuh menjadi warga negara yang tangguh.
  • Wanita sebagai pembawa keturunan Sesuai fungsi fitrahnya, wanita adalah sebagai penerus keturunan yang diharapkan dapat melahirkan anak-anak yang sehat jasmani dan rokhaninya, cerdas pikirannya dan yang memiliki tanggung jawab, luhur budi dan terpuji perilakunya. 
Peran ganda sebagai pekerja maupun ibu rumah tangga mengakibatkan tuntutan yang lebih dari biasanya terhadap wanita, karena terkadang para wanita menghabiskan waktu tiga kali lipat dalam mengurus rumah tangga dibandingkan dengan pasangannya yang bekerja pula. 
Penyeimbangan tanggungjawab ini cenderung lebih memberikan tekanan hidup bagi wanita bekerja karena selain menghabiskan banyak waktu dan energi, tanggungjawab ini memiliki tingkat kesulitan pengelolaan yang tinggi. Konsekuensinya, jika wanita kehabisan energi maka keseimbangan mentalnya terganggu sehingga dapat menimbulkan stress. 
Pada masyarakat pedesaan peran ganda perempuan bukanlah hal yang baru. Mereka disamping sebagai istri, ibu juga harus bekerja di luar rumah, misalnya: bertani, berkebun, berdagang, mencari kayu, bekerja sebagai buruh dan lain-lain.karena tanpa bekerja kebutuhan hidup tidak akan terpenuhi. Berarti bekerja merupakan suatu keharusan. 
Pada umumnya perempuan yang memiliki taraf pendidikan yang tinggi merupakan sumber daya bagi pembangunan, sehingga bila tidak dimanfaatkan merupakan suatu penghamburan dana, karena mahalnya biaya pendidikan. Pergeseran dalam peran (pembagian kerja) antara laki-laki dan perempuan dalam keluarga dan rumah tangga, terjadi ketika seorang ibu mempunyai peran yang sangat penting di dalam masyarakat dan Negara. Di mana peran perempuan tidak hanya untuk dipimpin tetapi juga untuk memimpin. Hal itu harus diperjuangkan untuk mendapatkan pengakuan yang positif dan pasti. Beban ganda menjadi hal yang amat dirasa kebanyakan istri bekerja. Budaya patriarki membuat lelaki tidak terdidik untuk terampil dalam menyelesaikan pekerjaan rumah tangga. Dalam budaya ini, pekerjaan rumah tangga hanya pantas dilakukan perempuan. 
Kondisi yang terjadi kemudian adalah perempuan yang melakukan pekerjaan rumah tangga dianggap tidak berharga. Pekerjaan domestik di mata laki-laki tidak dianggap sebagai kontribusi yang layak untuk diapresiasi. Ketika perempuan mampu mengimbangi laki-laki dalam pencapaian di setiap bidang kehidupan, laki-laki justru tidak bisa mengimbanginya dengan pencapaian dalam rumah tangga. Ketika perempuan mampu memainkan peran sebagai pencari nafkah sekaligus manajer keuangan rumah tangga, laki-laki justru kewalahan jika harus menjalankan keduanya bersamaan. Faktanya, laki-laki tidak terbiasa dengan urusan domestik karena ia memang tidak ditradisikan untuk akrab dengan perkara dapur. Padahal saat berbicara tanggung jawab bersama dalam membangun rumah tangga, yang membawa istri pada peran pencari nafkah, seharusnya tidak ada lagi eksepsi bagi suami untuk tidak terjun ke wilayah domestik bersama istri dalam menyelesaikan urusan rumah tangga. 
Selain masalah beban ganda, yang selalu menajdi masalah pada wanita pekerja adalah masalah kesehatan. Jurang pemahaman mengenai kesehatan wanita adalah hubungan antara pekerjaan kaum wanita dengan status kesehatannya. Karateristik tenaga kerja wanita dapat dilihat dari dua aspek , yaitu: - Fisik, kekuatan tubuh fisik wanita rata-rata sekitar 2/3 dari pria. Misalnya pada usia 20 tahun wanita mempunyai kekuatan mengangkat 65 % dan kekuatan mendorong dan menarik 75 % dari pria. - Biologi, dimana wanita menurut system reproduksinya akan mengalami masa haid, kehamilan, masa nifas, menyusui dan menopause. Aspek-aspek tersebut di atas inilah yang menyebabkan sebagian besar pekerja wanita, memiliki masalah kesehatan terutama kekurangan gizi. Mengapa demikian? Selain disebabkan oleh stres, baik lingkungan maupun beban kerja, wanita juga mengalami menstruasi secara berkala dan cenderung melakukan diet. Faktor lainnya adalah kurang memerhatikan asupan nutrisi karena alasan sibuk. Padahal, asupan gigi yang kurang ditambah tingkat stres yang tinggi dan polusi bisa menurunkan sistem imunitas tubuh. Akibatnya, kita jadi mudah terkena penyakit karena virus yang menyerang kurang mendapat perlawanan dari tentara imun. Selain masalah gizi, masalah lain yang dapat timbul pada wanita pekerja adalah masalah yang berkaitan dengan reproduksi. Penelitian yang dilakukan oleh Khan et al., 1991 di Pakistan mengemukakan tentang hubungan potensial antara bertambah panjangnya hari kerja selama musim panen dengan meningkatnya kesakitan dan kematian ibu dan bayi. Tingkat penggunaan tenaga fisik dan kurangya kesempatan untuk beristirahat selama musim panen bisa jadi merupakan faktor risiko yang penting terhadap keadaan bayi dan ibu yang kurang baik. Sebagai kesimpulan, pekerja wanita memerlukan perhatian yang lebih, karena saat ini pekerja perempuan memiliki peran ganda, yaitu sebagai pekerja dan juga sebagai penanggung jawab pertumbuhan serta kualitas anak mereka sebagai generasi penerus. Berdasarkan hal tersebut pemerintah mencanangkan Gerakan Pekerja Perempuan Sehat dan Produktif (GP2SP). Dalam pencanangan ini akan diluncurkan pedoman GP2SP sebagai acuan dalam pelaksanaan program ini baik di tingkat pusat, provinsi, kabupaten/kota dan perusahaan. tujuannya adalah untuk meningkatkan status kesehatan gizi pekerja perempuan demi mencapai produktivitas yang maksimal. Selain itu, program ini dibuat untuk mendukung target pencapaian Millenium Development Goals (MDG’s) yang telah disepakati dunia internasional. Target yang dimaksud adalah target MDG’s nomor 4 mengenai penurunan angka kematian anak dan nomor 5 mengenai penurunan angka kematian ibu.