Senin, 26 Maret 2012

A Trip To Toraja

     Sebulan yang lalu menyempatkan diri jalan-jalan ke Toraja dengan suami tercinta, mumpung hubby lagi cuti. Perjalanan ditempuh dengan bis malam, bisnya lumayan keren nih menurutku, full AC, tempat duduknya nyaman (beda dengan bis yang biasa aku tumpangi zaman mahasiswa dulu ^_^), free hot spot lagi! Yang jelas saking nyamannya sepanjang perjalanan aku sukses tiduuuuuuurrrrrr hehehe...
Perjalanan kami tempuh sekitar 8-9 jam, berangkat dari Makassar jam 21.00 tiba di Toraja sekitar jam 06.00 pagi.
    "Ma.. Ma... Udah nyampe Toraja ni.." Suamiku membangunkan aku dari mimpi indahku hehe...
Masih dengan setengah ngantuk aku membuka mata, menggeliat, dan memandang ke luar jendela bis. Masya Allah......... Indahnya pemandangan yang terhampar di depan mataku.... Lereng-lereng pegunungan, bukit-bukit yang hijau berjejeran dengan megahnya. Suasana hijau, sungguh asri. Hmmm... Sudah tidak sabar untuk segera menginjakkan kaki di bumi Toraja.
     Kami meminta bis untuk menurunkan di hotel (hotel mana saja, karena baik aku maupun hubby ga ada pengalaman sama sekali ke Toraja, this is our first time).
Sepertinya supir bis udah pengalaman, kami diturunkan di daerah yang memang adalah kompleks hotel dan penginapan.
     Satu yang langsung terasa pas turun dari bis adalah brrrrrrr....... dingiiiiiiiiiinnnnnnn........ Kabut tipis menutupi lapangan pandang. Wuiiiihhhh........ I realy like this!!
Akhirnya dengan beberapa pertimbangan aku dan hubby memutuskan nginap di Hotel Indra Toraja. Lumayanlah, hotelnya bernuansa tradisional gitu... Nyamanlah.. Kami memilih kamar yang ga pake AC, karena tanpa AC pun Toraja udah duiingiin bangeeeeettt. Alhamdulillah dengan Rp. 240000/nigth udah bisa dapet hotel kayak gini.
    Setelah mandi dan sarapan, tanpa menunda waktu lagi aku dan hubby langsung memutuskan untuk jalan-jalan. Bingung juga mau kemana dan naik apa, soalnya sama sekali ga ada referensi. Akhirnya setelah nanya sana sini (dan disinilah salah satu kekurangan Toraja) banyak tukang bentor, tukang ojek yang ternyata tidak menguasai tempat wisata yang ada di daerah tersebut. Menurutku sih ini kekurangannya PemDa Toraja, seharusnya PemDa dalam hal ini Dinas Pariwisata harus mengadakan kursus atau training pada tukang ojek, tukang bentor atau supir angkot tentang tempat-tempat wisata yang ada di daerah tersebut.  Ya sudahlah semoga PemDa membaca tulisan ini hehehe. 
TO BE CONTINUE ya..... ^_^

Obrolan Pete Pete

Siang bolong jam 12.00 teng, dengan terpaksa tetap keluar kampus karena ada tugas yang mendesak. Terik matahari membakar kulit, dengan tergesa menyetop pete pete (mobil angkutan kota) yang melintas didepan mata.
Wuiiiiihhh... Pete pete ini lagi full muatan ternyata. Satu-satunya tempat duduk yang tersisa yaitu sebuah tempat duduk mungil yang terletak membelakangi supir, samping pintu. Yah tidak mengapa, yang jelas segera sampai tujuan.
Tiba di depan kampus, pete pete tampak melambat lajunya. Ada apakah? Hmm.... jangan-jangan....
"Waddduuuhhh...... Mahasiswa demo lagi nih" keluh seorang penumpang yang duduk tepat dibelakang supir. Dari penampilannya sih sepertinya dia seorang PNS (Pegawai Negeri Sipil) soale dia memakai seragam warna khaki lengkap dengan lambangnya.
"Ededeeehhh... Apa maunya mahasiswa ini?" ibu yang duduk depan pintu ikut nyeletuk.
"Tidak ada gunanya..... Mau demo berapa kalipun ya BBM tetap naik toh, bikin macet saja jalanan."
"Iya mahasiswa ini kurang kerjaan."
"Kuliah sajaaaaaa, saya yakin mahasiswa yang demo pasti kuliahnya berantakan."
Makin banyak komentar-komentar dari seluruh penumpang pete pete, yang kesemuanya menilai demo yang dilakukan oleh mahasiswa yang menolak rencana kenaikan BBM ini tidak ada gunanya sama sekali.
Hmmmm.... Apa iya kayak gitu? Kasihan mahasiswa donk kalo kayak gini, udah berpanas=panas ria, berkoar-koar, ga tau ada persediaan minum atau gak hehehe.....
Niat teman-teman mahasiswa sebenarnya mulia, mereka demo demi rakyat (sebenarnya), tapi apakah teman-teman mahasiswa tahu kalau masyarakat menilai negatif atas semua aksi yang mereka lakukan?