Hanyalah seorang dokter yang terlanjur jatuh cinta dengan desa tempatnya bertugas.Yang ogah sekolah lagi tuk jadi spesialis, lebih milih kerja di Puskesmas, berkutat dengan segala macam tetek bengek problem kesehatan yang ada di masyarakat.
Kata siapa kerja di Puskesmas lebih nyantai dibandingkan doter yang bertugas di RS atau klinik? Kata siapa beban kerjanya lebih rendah?
Menurutku, mau kerjanya di Puskesmas atau RS sama aja. Namanya santai or enggak,beban kerjanya banyak atau dikit itu tergantung kitanya.
Kerja di Puskesmas membuatku dekat dengan masyarakat sekitar. Pasien yang datang berobat ke Puskesmas lain dengan yang berobat di RS. Di Puskesmas tuh yang datang itu itu aja. Jadinya kita hapal, misalnya, di Puskesmasku ada yang namanya pak Ahyar, beliau rutin berobat ke Puskesmas dengan keluhan yang sama "sakit kepala, badan pegel-pegel" setelah di periksa tekanan darahnya ternyata pak Ahyar hipertensi, ada lagi ibu Aisah yang kalau ditanya keluhan utamanya pasti jawabnya "rematik dok" :) Beliau berdua ni (dan masih banyak lagi pasien yang lain) tanpa kartu rekam medik pun saya dah tahu keluhannya apa, obat yang biasa diberikan apa. Lucunya, kalau pasien (yang istilahnya dah masuk inventaris Puskesmas) ini ga datang dalam waktu seminggu atau lebih pasti semuanya pada nyariin, mulai petugas loket, dokter, perawat sampai CS :-)
Menariknya lagi kerja di Puskesmas tuh kita lebih menitik beratkan ke promotif prefentif dibandingkan pengobatan. Masih ingat gimana sibuknya aku dan teman-teman bikin penyuluhan mencari jentik dari rumah ke rumah waktu desa tetangga terkena wabah DBD. Atau hebohnya Puskesmas dan orang sekecamatan waktu ada KLB diare di salah satu desawilayah Puskesmas.
Intinya, dimanapun kita kerja, mau di RS yang bertaraf internasional atupun di Puskesmas di desa terpencil, just enjoy it.
Kata siapa kerja di Puskesmas lebih nyantai dibandingkan doter yang bertugas di RS atau klinik? Kata siapa beban kerjanya lebih rendah?
Menurutku, mau kerjanya di Puskesmas atau RS sama aja. Namanya santai or enggak,beban kerjanya banyak atau dikit itu tergantung kitanya.
Kerja di Puskesmas membuatku dekat dengan masyarakat sekitar. Pasien yang datang berobat ke Puskesmas lain dengan yang berobat di RS. Di Puskesmas tuh yang datang itu itu aja. Jadinya kita hapal, misalnya, di Puskesmasku ada yang namanya pak Ahyar, beliau rutin berobat ke Puskesmas dengan keluhan yang sama "sakit kepala, badan pegel-pegel" setelah di periksa tekanan darahnya ternyata pak Ahyar hipertensi, ada lagi ibu Aisah yang kalau ditanya keluhan utamanya pasti jawabnya "rematik dok" :) Beliau berdua ni (dan masih banyak lagi pasien yang lain) tanpa kartu rekam medik pun saya dah tahu keluhannya apa, obat yang biasa diberikan apa. Lucunya, kalau pasien (yang istilahnya dah masuk inventaris Puskesmas) ini ga datang dalam waktu seminggu atau lebih pasti semuanya pada nyariin, mulai petugas loket, dokter, perawat sampai CS :-)
Menariknya lagi kerja di Puskesmas tuh kita lebih menitik beratkan ke promotif prefentif dibandingkan pengobatan. Masih ingat gimana sibuknya aku dan teman-teman bikin penyuluhan mencari jentik dari rumah ke rumah waktu desa tetangga terkena wabah DBD. Atau hebohnya Puskesmas dan orang sekecamatan waktu ada KLB diare di salah satu desawilayah Puskesmas.
Intinya, dimanapun kita kerja, mau di RS yang bertaraf internasional atupun di Puskesmas di desa terpencil, just enjoy it.
kerja terus sudah di semak bellukar hehehe
BalasHapusyaaaaah maumi diapa kodong hihihihi
BalasHapus