Diare
adalah penyakit yang ditandai dengan bertambahnya frekuensi buang air besar
lebih dari biasanya (lebih dari 3 kali/hari) disertai perubahan konsistensi
tinja (menjadi cair), dengan atau tanpa darah dan/atau lendir. Menurut World Health
Organization (WHO) diare adalah keluarnya tinja yang lunak atau cair dengan
frekuensi 3x atau lebih perhari dengan atau tanpa darah atau lendir dalam
tinja, ibu-ibu biasanya tahu jika ada perubahan konsistensi dan frekuensi buang
air besar pada anaknya.
Diare pada bayi dan balita
bukanlah penyakit yang datang dengan sendirinya, melainkan terdapat pemicu.
Secara umum berikut adalah beberapa penyebab diare :
-
Bakteri
E.Coli, Shigella, Vibrocholera dan
Salmonella merupakan bakteri penyebab diare yang paling sering pada anak.
-
Virus
Sekitar 50-70% diare pada anak
penyebabnya adalah virus, lebih khususnya adalah jenis rotavirus.
-
Diare karena makanan tertentu
Adanya intoleransi terhadap akanan
dapat memicu diare. Sebagai contoh, yaitu alergi terhadap laktosa (banyak
terjadi pada bayi dan balita karena tubuhnya tidak mempunyai atau hanya sedikit
memiliki enzim laktose yang berfungsi mencerna
laktosa susu sapi), makanan yang mengandung lemak tinggi, dan makanan
terlalu pedas atau mengandung terlalu banyak serat dan kasar.
-
Diare karena penyakit
Adanya penyakit seperti Crohn’s
colitis ulcers, irritabel bowel syndrome, kanker kolon dan infeksi HIV dapat
menyebabkan diare.
-
Diare karena pemanis buatan
Bahan-bahan pemanis buatan sorbitol
dan manitol yang ada dalam permen karet dan produk-produk bebas gula lainnya
dapat menimbulkan diare.
Bayi dan balita menderita diare yang
disebabkan oleh bakteri dan virus biasanya akibat tertular melalui makanan yang
terkontaminasi, sanitasi dan kebersihan lingkungan, pola hidup bersih dan sehat
yang masih kurang seperti kebiasaan mencuci tangan dan lain-lain. Perlu diingat
diare tidak bisa dianggap sepele karena dapat menyebabkan kematian jika tidak
ditangani secara tepat dan cepat.
Akibat dari terjadinya diare pada bayi
dan balita :
-
Kehilangan cairan dan elektrolit tubuh
melalui diare yang cair atau muntah yang biasanya menyertai diare.
-
Dehidrasi, mulai dari ringan samapi
berat.
-
Demam, biasanya anak dengan diare akan
dsertai demam. Namun orang tua haruslah berhati-hati karena demam bisa menjadi
pertanda anak telah mengalami dehidrasi.
Cara penatalaksanaan bayi dan balita
dengan diare :
Pemberian
ASI
Untuk bayi yang berusia
di bawah 6 bulan atau bayi yang masih diberi ASI secara eksklusif, tetaplah
memberikan ASI jangan dihentikan. Hal ini untuk mencegah terjadinya
dehidrasi
Mengganti
cairan yang hilang
Jika anak berusia di
atas 1 tahun (balita), harus diberikan cairan sebagai pengganti cairan yang
hilang dengan cara memberikan larutan oralit atau larutan garam gula tergantung
berat ringannya dehidrasi yang dialami anak. Cara mebuat larutangaram gula
adalah satu gelas air masak ditambah dua sendok teh gula dan seujung sendok teh
garam, aduk hingga bercampur rata. Hal ini akan dibahas dalam bab selanjutnya.
Pemberian
Nutrisi
Anak tidak boleh
dipuasakan, segera setelah gejala muntah berhenti dan dehidrasinya tertangani,
teruskan pemberian makanan sesuai dengan umur dan menu yang sama ketika anak
sehat. Makanan diberikan dengan porsi sedikit tetapi sering.
Menghubungi
Dokter
Diare merupakan salah
satu gangguan perut yang sering dialami oleh bayi dan balita, akan tetapi orang
tua perlu waspada jika anak terserang diare. Segera setelah pertolongan pertama
diberikan, atau jika diare bertambah parah (diare disertai darah, demam atau
kejang) orang tua harus menghubungi dokter untuk menentukan penyebab diarenya
dan langkah terapi selanjutnya.
Cara pencegahan diare :
-
Menerapkan pola hidup bersih dan sehat,
terutama adalah dengan membiasakan diri mencuci tangan setelah buang air
besar/kecil dan sebelum memberikan minuman atau makan kepada bayi dan balita.
-
Menjaga kebersihan perlatan makan bayi.
-
Memasak air yang digunakan untuk
mengolah makanan dan minuman bayi sampai mendidih.
-
Jangan membiasakan membuang popok bayi
yang berisi kotoran disembarang tempat, ada anggapan bahwa kotoran bayi tidak
berbahaya, anggapan ini adalah salah karena kotoran bayi sama halnya dengan
orang dewasa mengandung kuman-kuman yang dapat menyebabkan penyakit.
-
Untuk bayi usia 0-6 bulan tindakan
pencegahan yang paling baik adalah dengan memberikan ASI secara eksklusif
kepada bayinya. Pemberian ASI secara eksklusif adalah memberikan hanya ASI saja
kepada bayi tanpa tambahan makanan atau minuman lainnya seperti air putih, teh,
jus, buah, madu, dan lain-lain, kecuali obat-obatan, vitamin dan cairan untuk
rehidrasi. Menurut penilitian, bayi yang diberikan ASI secara eksklusif sampai
usia 6 bulan risiko untuk terkena diare jauh lebih kecil dibandingkan mereka
yang tidak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar