Senin, 01 September 2014

Diare Pada Bayi dan Balita



Diare adalah penyakit yang ditandai dengan bertambahnya frekuensi buang air besar lebih dari biasanya (lebih dari 3 kali/hari) disertai perubahan konsistensi tinja (menjadi cair), dengan atau tanpa darah dan/atau lendir. Menurut World Health Organization (WHO) diare adalah keluarnya tinja yang lunak atau cair dengan frekuensi 3x atau lebih perhari dengan atau tanpa darah atau lendir dalam tinja, ibu-ibu biasanya tahu jika ada perubahan konsistensi dan frekuensi buang air besar pada anaknya.
Diare pada bayi dan balita bukanlah penyakit yang datang dengan sendirinya, melainkan terdapat pemicu. Secara umum berikut adalah beberapa penyebab diare :
-          Bakteri
E.Coli, Shigella, Vibrocholera dan Salmonella merupakan bakteri penyebab diare yang paling sering pada anak.
-          Virus
Sekitar 50-70% diare pada anak penyebabnya adalah virus, lebih khususnya adalah jenis rotavirus.
-          Diare karena makanan tertentu
Adanya intoleransi terhadap akanan dapat memicu diare. Sebagai contoh, yaitu alergi terhadap laktosa (banyak terjadi pada bayi dan balita karena tubuhnya tidak mempunyai atau hanya sedikit memiliki enzim laktose yang berfungsi mencerna  laktosa susu sapi), makanan yang mengandung lemak tinggi, dan makanan terlalu pedas atau mengandung terlalu banyak serat dan kasar.
-          Diare karena penyakit
Adanya penyakit seperti Crohn’s colitis ulcers, irritabel bowel syndrome, kanker kolon dan infeksi HIV dapat menyebabkan diare.
-          Diare karena pemanis buatan
Bahan-bahan pemanis buatan sorbitol dan manitol yang ada dalam permen karet dan produk-produk bebas gula lainnya dapat menimbulkan diare.
Bayi dan balita menderita diare yang disebabkan oleh bakteri dan virus biasanya akibat tertular melalui makanan yang terkontaminasi, sanitasi dan kebersihan lingkungan, pola hidup bersih dan sehat yang masih kurang seperti kebiasaan mencuci tangan dan lain-lain. Perlu diingat diare tidak bisa dianggap sepele karena dapat menyebabkan kematian jika tidak ditangani secara tepat dan cepat.
Akibat dari terjadinya diare pada bayi dan balita :
-          Kehilangan cairan dan elektrolit tubuh melalui diare yang cair atau muntah yang biasanya menyertai diare.
-          Dehidrasi, mulai dari ringan samapi berat.
-          Demam, biasanya anak dengan diare akan dsertai demam. Namun orang tua haruslah berhati-hati karena demam bisa menjadi pertanda anak telah mengalami dehidrasi.
Cara penatalaksanaan bayi dan balita dengan diare :
Pemberian ASI
Untuk bayi yang berusia di bawah 6 bulan atau bayi yang masih diberi ASI secara eksklusif, tetaplah memberikan ASI jangan dihentikan. Hal ini untuk mencegah terjadinya dehidrasi

pada bayi. ASI diberikan secara kontinu selama 10 sampai 30 menit.
Mengganti cairan yang hilang
Jika anak berusia di atas 1 tahun (balita), harus diberikan cairan sebagai pengganti cairan yang hilang dengan cara memberikan larutan oralit atau larutan garam gula tergantung berat ringannya dehidrasi yang dialami anak. Cara mebuat larutangaram gula adalah satu gelas air masak ditambah dua sendok teh gula dan seujung sendok teh garam, aduk hingga bercampur rata. Hal ini akan dibahas dalam bab selanjutnya.
Pemberian Nutrisi
Anak tidak boleh dipuasakan, segera setelah gejala muntah berhenti dan dehidrasinya tertangani, teruskan pemberian makanan sesuai dengan umur dan menu yang sama ketika anak sehat. Makanan diberikan dengan porsi sedikit tetapi sering.
Menghubungi Dokter
Diare merupakan salah satu gangguan perut yang sering dialami oleh bayi dan balita, akan tetapi orang tua perlu waspada jika anak terserang diare. Segera setelah pertolongan pertama diberikan, atau jika diare bertambah parah (diare disertai darah, demam atau kejang) orang tua harus menghubungi dokter untuk menentukan penyebab diarenya dan langkah terapi selanjutnya.
Cara pencegahan diare :
-          Menerapkan pola hidup bersih dan sehat, terutama adalah dengan membiasakan diri mencuci tangan setelah buang air besar/kecil dan sebelum memberikan minuman atau makan kepada bayi dan balita.
-          Menjaga kebersihan perlatan makan bayi.
-          Memasak air yang digunakan untuk mengolah makanan dan minuman bayi sampai mendidih.
-          Jangan membiasakan membuang popok bayi yang berisi kotoran disembarang tempat, ada anggapan bahwa kotoran bayi tidak berbahaya, anggapan ini adalah salah karena kotoran bayi sama halnya dengan orang dewasa mengandung kuman-kuman yang dapat menyebabkan penyakit.
-          Untuk bayi usia 0-6 bulan tindakan pencegahan yang paling baik adalah dengan memberikan ASI secara eksklusif kepada bayinya. Pemberian ASI secara eksklusif adalah memberikan hanya ASI saja kepada bayi tanpa tambahan makanan atau minuman lainnya seperti air putih, teh, jus, buah, madu, dan lain-lain, kecuali obat-obatan, vitamin dan cairan untuk rehidrasi. Menurut penilitian, bayi yang diberikan ASI secara eksklusif sampai usia 6 bulan risiko untuk terkena diare jauh lebih kecil dibandingkan mereka yang tidak.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar